Thursday 23 May 2013

Gambar Ibu Ibu Hamil Cantik Seksi Indonesia


CLICK TO ENLARGE

KLIK UNTUK MEMPERBESAR


dalam bikini :)

Hamil Besar 7 - 9 Bulan Masa Mengandung

Mirror Camwhore Selfie

Lingerie Pajamas

ANAKKU TERNYATA ANAK GENDERUWO - Kisah Misteri Horror Seram Alam Gaib


Kelik Untuk Liat Versi Bugilnya
Gara-gara ingin mempunyai seorang anak, sepasang suami isteri yang sudah belasan tahun menikah rela bersekutu dengan genderuwo.
Namun akhirnya, penyesalan jualah yang mereka dapatkan.... Kisah mistis ini dialami oleh paman dari sahabat Penulis, yang bertempat
tinggal di daerah Blitar, Jawa Timur. Demi melindungi nama baik mereka, sahabat penulis meminta supaya nama pelaku disamarkan.
Berikut ini adalah kisah mistis lengkap mereka...: Setelah tiga belas tahun menikah, Ngadiyono dengan Sulastri belum juga dikaruniai anak.
Sudah tak terhitung banyaknya dokter ahli kandungan yang mereka datangi demi mewujudkan impian mereka memiliki momongan.
Bahkan puluhan orang pintar pun telah mereka sambangi demi mimpi yang sama. Namun semua usaha yang mereka usahakan belum
berbuahkan hasil yang memuaskan.  Karena mimpi yang mereka dambakan tak juga terwujud jadi nyata, pasangan suami isteri Ngadiyono
dan Sulastri pun tenggelam dalam rasa keputusasaan, bahkan akhirnya hanya bisa pasrah terhadap nasib. Hingga suatu ketika datanglah
salah seorang paman Sulastri yang bernama Pakde Ngatmin yang berasal dari Kediri. Kepada Pakdenya, Sulastri dan Ngadiyono menceritakan
keresahan yang mereka alami. Setelah mengetahui penderitaan yang dialami oleh keponakannya, Pakde Ngatmin memberitahukan
bahwa ada suatu tempat kramat di wilayah Jawa Timur yang mungkin saja bisa mewujudkan impuan mereka. Tempat semacam punden kuno.
"Banyak orang minta berkah di tempat kramat ini agar mempunyai anak. Menurut cerita yang Pakde dengar, kabarnya banyak yang berhasil,"
tegas Pakde Ngatiman. Walaupun Pakde-nya telah membicarakan kekeramatan punden tersebut,  Ngadiyono sama sekali tidak tertarik.

Pikirnya, dokter dan orang pinter saja sudah dia datangi dan tak berhasil, apalagi hanya sebuah tempat keramat. "Mustahil!" bantahnya
dalam hati. Karena omongannya tak ditanggapi oleh Ngadiyono, Pakde Ngatmin malah membujuk keponakannya, Sulastri, agar mau bertirakat
di punden kramat tersebut, dan mohon kepada yang mbaurekso agar bisa diberi momongan anak. "Apa kamu tidak ingin punya keturunan,
sedangkan usia perkawinanmu sudah belasan tahun. Kalau suamimu tidak mau biar kamu saja yang tirakat disana. Nanti alamatnya Pakde
kasih tahu," bujuk Pakde Ngatiman. Mendengar bujukan dan nasehat pamannya itu, Sulastri mulai tergoda. Sebagai wanita dia sudah tentu
ingin sekali mempunyai anak keturunan. Demikianlah, setelah Pakde-nya pulang ke Kediri, Sulastri membicarakan keinginannya u/ bertirakat
di punden keramat tersebut kepada suaminya. Namun, Ngadiyono menolaknya dengan alasan dokter dan paranormal saja tak banyak membantu
apalagi tempat keramat. Lagi pula dia takut terjebak kemusyrikan dengan memuja sebuah tempat keramat. "Lebih baik pasrah dan berdoa saja
kepada Tuhan!" tegas Ngadiyono membuat isterinya terdiam. Namun Sulastri tidak berputus asa. Keinginannya yang sangat kuat untuk
mempunyai anak memaksanya untuk terus menerus mendesak suaminya agar mau menemaninya bertirakat di punden keramat tersebut.
Ngadiyono yang semula bersikukuh tetap menolak ajakan isterinya akhirnya luluh hatinya, ketika Sulastri memintanya dengan linangan air mata.

Dia tak tega melihat isterinya bersedih. Akhirnya, dengan berat hati Ngadiyono menyetujui usulan isterinya untuk bertirakat di punden keramat
tersebut. Setelah mendapat cuti dari tempat kerjanya Ngadiyono beserta isterinya pergi menuju Jawa Timur. Mereka mampir ke rumah pamannya
yaitu Pakde Ngatmin untuk dimintai alamat serta denahnya. Setelah menginap semalam di rumah Pakde-nya, keesokan paginya mereka berdua
menuju ke punden keramat tersebut. Di dalam perjalanan mereka mengira tempat yang akan mereka kunjungi adalah sebuah makam keramat,

namun ternyta bukan. Punden tersebut hanya sebuah onggokan batu besar yang sekelilingnya terdapat pohon-pohon besar dan tua yang
menyeramkan. Singkat cerita, setelah mendapat wejangan dari juru kunci punden, mereka berdua diharuskan tirakat di tempat tersebut
dengan membakar kemenyan. Ini  dilakukan selama semalaman. Mereka berduapun menyanggupi persyaratan tersebut. Dan malam itu juga
mereka melakukan ritual pemujaan di punden keramat itu. Bersama malam yang kian larut, mereka berdua pun ikut larut dalam semedi yang
kian khusuk. Dinginnya malam dan semilir angin menerpa tubuh mereka. Ada perasaan takut dan ngeri di hati mereka. Namun karena tujuan
telah bulat, maka perasaan itu pun mereka buang jauh-jauh. Di tengah keheningan malam itu, mata Ngadiyono seakan mulai meredup dan
tak sanggup menahan rasa kantuk yang amat sangat. Secara tak sadar dia pun mulai tertidur pulas, sementara Sulastri masih asyik dengan
semedinya. Entah apa yang terjadi...


Beberapa bulan setelah melakukan ritual pemujaan di punden keramat, aneh bin ajaib, Sulastri memang hamil. Dia merasa sangat bahagia,
begitu pula dengan Ngadiyono. Ya, mereka bedua merasa bahagia karena impian untuk mempunyai keturunan akan terwujud menjadi kenyataan.
Tapi dibalik rasa bahagia itu hati Sulastri sebenarnya bergidik menahan ngeri bila mengingat peristiwa malam itu. Inilah kejadian yang
sebenarnya...: Tatkala suaminya tertidur pulas malam itu, dia didatangi sosok makhluk hitam tinggi besar. Makhluk seram itu mendatanginya
dengan senyuman yang menyeringai. Namun entahlah, Sulastri bagaikan terhipnotis oleh senyuman makhluk itu.











Dan yang lebih aneh lagi, Sulastri diam saja ketika makhluk hitam seram itu menggumuli dan menikmati tubunya. Saat itu juga makhluk itu
berkata sambil berbisik lirih, "Sulastri, aku akan menitiskan anakku ke dalam rahimmu!" Sulastri diam membisu. Dia bahkan begitu bergairah
dengan permainan makhluk yang sangat menjijikan itu. Begitulah. Sulastri sengaja merahasiakan peristiwa tersebut kepada suaminya.
Dia takut Ngadiyono marah besar bila mendengar cerita ini. Ya, siapa sih yang rela isterinya disentuh oleh orang lain, terlebih berwujud
makhluk menyeramkan. Hari demi hari berlalu, hingga tak terasa usia kandungan Sulastri mencapai sembilan bulan lebih. Semestinya, sang
jabang bayi sudah berkendak dilahirkan ke dunia. Namun, memang aneh, hingga usia sepuluh bulan tanda-tanda kelahiran itu belum juga
nampak. Karena merasa takut ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada diri isterinya, Ngadiyono segera memeriksakan kandungan Sulastri
ke dokter spesialis kandungan. Menurut hasil pemeriksaan dokter, tak ada kelainan yang dialami Sulastri maupun bayi yang di kandungnya.
Janin itu masih dalam keadaan sehat dan tak perlu merasa khawatir dengan keterlambatan persalinan. Merasa tidak puas dengan jawaban
dokter, Ngadiyono membawa isterinya ke dukun beranak. Setelah diperiksa, hasilnya pun sama, yaitu Sulastri dan anak yang dikandungnya
masih dalam keadaan sehat. Di usia kandungannya yang memasuki bulan ketiga belas, Sulastri merasa purutnya amat mules. Karena
keadaannya mendesak Ngadiyono tak sempat membawa isterinya ke rumah sakit, namun dia segera membawa isterinya ke dukun beranak di
dekat sekitar rumahnya. Menjelang tengah malam, hati Ngadiyono merasa resah dan tak menentu menanti kelahiran anak pertamanya.
Beberapa saat kemudian terdengar tangisan seorang bayi dari arah dalam kamar. Kemudian disusul suara jeritan rasa kesakitan dan suara itu
berasal dari suara dukun beranak. Karena merasa penasaran, Ngadiyono segera masuk menuju kamar bersalin itu. Namun, betapa kagetnya dia

saat itu. Apa yang terjadi? Ngadiyono menyaksikan sesosok bayi berwarna hitam legam dengan ditumbuhi bulu yang lebat tengah menyedot
darah yang keluar dari leher si dukun beranak. Sementara itu Sulastri nampak jatuh pingsan. Merasa ketakutan, saat itu juga, Ngadiyono berteriak
meminta pertolongan. Demi mendengar teriakan itu makhluk kecil itu menatap Ngadiyono dan berkata, "Ngadiyono aku bukan anakmu,
tapi aku adalah titisan genderuwo, yang dititiskan melalui isterimu!" Makhluk itu tertawa menyeringai, kemudian berlari melompat jendela
yang terbuka dan menghilang. Beberapa lama kemudian, masyarakat yang mendengar teriakan Ngadiyono pada berdatangan. Mereka semua
terkejut mendapati dukun beranak yang telah mati mengenaskan, dan merasa heran demi mendapati Sulastri yang tengah pingsan sehabis
melahirkan. Begitu pun dengan Ngadiyono yang terkulai lemah di atas lantai, tak sadarkan diri. Sebagian dari para tetangga itu segera mengurus
jenazah si dukun beranak, dan sebagian lagi segera membawa Sulastri ke rumah sakit. Seminggu setelah kejadian itu, keadaan Sulastri membaik.
Sambil berurai air mata dia menceritakan pengalaman seramnya ketika berada di punden keramat sewaktu suaminya tertidur.  Ngadiyono
menyimak dengan batin yang perih. Sulastri menyesal dengan kejadian itu dan meminta maaf kepada suaminya. Ngadiyono pun memaafkan
isterinya dan berusaha agar sabar menahan cobaan. Mungkin memang Tuhan belum mengizinkan atau belum memberi mereka keturunan.

Yang terpenting mereka berdua harus memohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerena mereka telah melakukan kemusyrikan dengan
melakukan pemujaan di punden keramat tersebut.
Datang Juga Sumber Cerita Seram

Ngentot Mama Di Taman - Cerita Seks Ibu Kandung


Ngentot mama di taman


Mama saya, seperti kebanyakan wanita wanita lain, sangat senang dengan tanaman. Di usia nya yang separuh baya, hampir sebagian waktunya
dihabiskan untuk mengurusi bunga-bunganya yang nyaris memenuhi seluruh halaman rumah kami yang luas. Setiap sore mama selalu berada
di halaman belakang, terbungkuk - bungkuk merawat bunga-bunga kesayangannya. Jika liburan begini, biasanya sepanjang sore kubahiskan
waktu untuk memperhatikan Mama. Terus terang, saya senang sekali mencuri pandang pada gundukan payudaranya yang hampir menyembul
dari belahan dasternya, pahanya yang sekali-sekali tersingkap jika Mama menungging, atau memeknya yang membayang dari celana dalamnya
yang jelas terlihat sewaktu Mama berjongkok. Sewaktu waktu, dengan tidak sengaja, Mama membungkuk kearah ku yang lagi asyik duduk di
gazebo. Kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir seluruhnya keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya jelas-jelas terlihat.
Mungkin karena gerah, Mama tidak mengancingkan hampir separo kancing dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang kontolku langsung ereksi,
kalau nggak cepat cepat aku ngacir, mungkin Mama bisa melihat separo batang kontolku yang udah keluar dari pinggang celanaku.
Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mama memberikan tontonan yang membuatku terangsang berat.

Seperti biasa aku sedang duduk duduk di gazebo, bertelanjang dada seperti biasa, aku hanya memakai blue jeans ketat kegemaranku.
Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum habis tidur siang, aku menemani Mama di halaman belakang. Sambil ngobrol mengenai

acara wisudaku, Mama asyik dengan bunga-bunganya. Entah kenapa, mungkin karena keasyikan ngobrol, Mama nggak sengaja jongkok tepat
di depan mataku. Walaupun sedikit tertutup dengan tumpukan pupuk, dan ranting ranting daun, aku jelas - jelas melihat gundukan memeknya,
mulus tercukur tanpa satu helai rambut. Ya ampun, mungkin Mama lupa memakai celana dalam !!!. Kontan aku jadi terangsang luar biasa.

Saking terpananya, aku nggak peduli lagi sama batang kontolku yang udah menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke atas pusarku.
Aku baru sadar sewaktu Mama terbelalak melihat kontolku. Jelas-jelas saja Mama kaget, saking panjangnya,kontolku kalo lagi ereksi

bisa sampe ke ulu hati. Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke toilet belakang. Di tengah kegelapan kubuka resluiting
jensku dan mulai mengocok kontolku. Tiba tiba pintu terbuka, membelakangai sinar matahari sore - Mama berdiri di pintu, tangan kanannya
masih memegang sekop kecil. Mama menatap kontol raksasaku, dan jembutku yang lebat, kemudian menatap wajahku dan badanku yang kekar.

Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan kocokan ku. “Ya ampun !”, hanya itu yang keluar dari mulut Mama, entah apa yang dia
maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mama melihat kedua tanganku yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku
yang mulai memerah. Ku kocok lebih cepat lagi, sementara tangan kananku menarik celana dalamku ke bawah, biar Mama melihat kedua biji
kontolku yang bergerak ke sana ke sini seirama kocokanku pada batang kontolku. Terpana oleh pemandangan di depan matanya,
atau mungkin karena melihat ukuran kontolku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup pintu toilet di belakangnya.

Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu persatu kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mama tidak memakai beha.
Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku terangsang, walaupun sudah turun namun ukurannya hampir sebesar melon.

Minimnya cahaya yang masuk ke toilet membuat kedua pentilnya tidak jelas terlihat warnanya. Mungkin coklat kehitaman. Aku hanya bisa
berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar-benar hot!!”. Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil tanganku

berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil berjalan, kontolku tegak menjulang di udara. Aku benar - benar terangsang.
Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar. Ujung lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar
dan kecoklatan. Astaga… kontolku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku mengisap dan meremas teteknya yang lain dengan tanganku.

Kontolku yang terjepit diantara perutku dan perut Mama tiba tiba mengeras lalu… cruttttttt cruttttttt crutttttttttt.. semprotan demi semprotan
kontolku meledak menyemburkan cairan putih kental membasahi sebagian perut dan tetek Mama. Tanpa perubahan ekspresi,

Mama dengan tenang menggenggam batang kontolku dan meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi telapak tangannya.
Di sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa menatap ke bawah, air maniku membasahi seluruh tangan dan lengan Mama,

beberapa semprotan jatuh ke pangkal paha Mama. Masih di tengah keremangan toilet, tanpa banyak kata-kata, Mama meraih tanganku
dan menggosok-gosokan ke memeknya. Terasa gatal tanganku sewaktu telapak tanganku bergesekan dengan permukaan memeknya yang
dipenuhi bulu-bulu pendek. Seumur hidupku baru kali inilah aku dapat melihat memek Mama dari dekat. Belum ada lima menit, aku keluar lagi,

kali ini air maniku menyemprot tepat di permukaan memeknya. Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah.

Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kontolku masih keras, bahkan semakin keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku
terangsang dengan belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya. Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum
tetek Mama sementara tanganku yang lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet pentilnya yang mengeras. Kedua tangan
Mama menggenggam batang kontolku dan aku mendorong ke memeknya. Di tengah desisan-nya, Mama melenguh ketika ujung kontolku

menyentuh memeknya. Di tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir bak mandi dan kemudian mengangkangkan pahanya.
Ku himpitkan badanku ke tubuh Mama, wajahku ku susupkan dicelah kedua bukit payudaranya. Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain.

Tangan Mama lagi lagi mencengkram batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam memeknya. Kurasakan hangat dan basah,
dan kemudian kudorong dengan pinggulku, hampir setengahnya, kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk lagi. “Sshh…egh..!” Mama
mendesis. Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum kedua teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat
aku memompa, dan kemudian terasa aku akan keluar lagi. Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukanku. Menggelinjang dan mengerang.

Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku bisa merasakan badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan.
Batang kontolku kemudian menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari memeknya. Aku masih terus bertahan memompa,
dan kemudian, sewaktu aku merasa akan keluar, kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang kontolku sedalam dalamnya.

Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan air mani keluar, jauh didalam memek Mama. Separuh orgasme, kutarik keluar
dan kukocok, air mani keluar lagi membasahi tetek Mama. Kugosok - gosokkan ujung penisku di kedua pentil nya yang membesar.
Kemudian kutekan kedua bulatan payudara Mama dan menyusupkan batang kontolku di celah antara keduanya. Kugosok gosok kan terus
sampai air maniku berhenti keluar. Mama tersenyum, dagu, leher dan dada Mama penuh dengan air maniku. Entah berapa banyak air mani
yang kusemprotkan waktu itu. Pada semprotan yang terakhir, aku melenguh keras. Takut jika ada yang mendengar, Mama mendekap kepalaku
di dadanya. Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar dari toilet itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama
mengguyur tubuhnya dan mulai menyabuni pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang lagi. “Mandi berdua dengan Mama ? Wow !”
pikirku. Aku masuk lagi ke dalam. Mama melihatku mengunci pintu dan tersenyum kearahku penuh arti.


Sisca Meiliana

Wednesday 1 May 2013

Obsesi Suami ingin Istrinya Ngentot Anak Kandung 18 Tahun

Sang Pengintip

Heru & Wina, sama-sama 36 tahun, suami istri yang bahagia. Anak mereka satu, Riki, 16 tahun, baru awal kelas 2 SMU. Dahulu mereka kawin muda sekali,
di usia 18 tahun. Kehidupan seks mereka justru semakin bergairah di tahun2 belakangan ini. Memang kuncinya adalah mereka berdua selalu terbuka,
Heru sedang duduk sendirian di ruang tamu malam itu. Baru saja ia melewatkan satu ronde hubungan yang panas bersama Wina, istrinya tercinta.
Hampir jam 2. Heru masuk kamar. Wina nampak tertidur, bertelanjang bulat, hanya berselimut saja. Biasanya memang Wina hanya mencuci memeknya saja
Perlahan ia singkapkan selimut Wina, tubuh istrinya sungguh mengagumkan. Di usia ke 36 masih menawan dan tak pernah membuatnya bosan.
Perut rata dan langsing, Tetek besar dan pentil yang indah. Wina tak mencukur keteknya. Lebih merangsang, kata Heru. Jembutnya lebat dan hitam.
Kontol Heru mulai keras. Ia segera mendekatkan mulutnya ke selangkangan Wina, mulutnya mulai menciumi jembut istrinya, menjilatinya sesekali.
Diarahan lidahnya ke itil Wina yg cukup besar & menonjol. Jarinya dengan gemas ikut memainkan itil istrinya, lalu lidahnya asik menjilati daging tersebut.
Wina yang sedang tidur, mulai merasakan memeknya sedang mendapat serangan yang enak, perlahan tersenyum dan membuka matanya, tahu suaminya mulai jahil,
Wina merajuk ”Aaw! Jahil kamu, Her. Ooooh... padahal belum lama kamu ngewekin aku.” Heru tak menjawab, makin asik mengulum itil Wina
”Uwwwaahhh Ssshh Terus, Herr Ooohh.. Enaaak.. Aaaahhhh..” Wina mengangkat sedikit pantatnya, agak mengejan, dan memuntahkan orgasmenya,
Oke... cukuplah, saatnya beraksi. Dengan lembut Heru menahan gerakan kepala Wina. Wina paham maunya Heru, iapun segera mengangkangkan kakinya
selebar mungkin. Jleb! terasa nikmat saat kontol Heru menyodok memeknya. Heru mulai memompa dengan santai, tangannya mulai meremasi susu Wina
Wina sesekali menggoyangkan pantatnya, menambah rasa nikmat pada kontolnya. Dengan gemas Heru mulai menciumi ketek istrinya yang lebat
Heru makin mempercepat sodokannya, memek istrinya sudah sangat basah. Kontolnya bergerak bebas dan mantap. Wina makin mendesah dan orgasme!
Sudah lumayan lama mereka ngentot, Tak lama ia merasakan desiran hangat di kontolnya, ia segera mencium bibir Wina, dan memeluknya erat.
Crooottt... crooot... pejunya memancar, tak terlalu banyak, sudah banyak keluar saat main sebelumnya. Ah lega dan enak, Heru terkulai sesaat.

Wina tersenyum, lalu menjilati kontol Heru, membersihkan sisa sisa peju yang menempel. Sesaat kemudian, Wina beranjak bersih2 di kamar mandi.
Heru berbaring, menunggu Wina kembali. Tak lama Wina kembali, memakai piyama seksi dan menggairahkan. Dia naik ke atas tempat tidur, berbaring,
”Win, dengerin aku bentar deh, tunda dulu tidurnya.” ”Duh, Her, aku ngantuk nih. Tadi kan lagi enak tidur, kamu jahilin aku, besok saja deh.”
”Sebentar deh penting nih, sudah lama kepikiran sih” ”Ya udah, ngomong deh, aku dengerin” “Ngg, anu soal m.. nggak jauh dari soal ngewek sih, Win.”
”Gi-gini, sebenarnya. belakangan aku mulai sering membayangkan kamu bersetubuh.. eh, a-anu. dengan pria lain, dan aku melihatnya langsung
Bahkan kontolku bisa mengaceng sangat keras karenanya.” Dahi Wina berkenyit, sedikit terperangah. Kali ini Wina membalas pembicaraan mereka
”HAH? kamu waras nggak sih? Kamu mabok ya? Kamu menyuruh aku terang-terangan untuk ngewek pria lain? ARE YOU CRAZY?” sementara kamu asik
melihat atau ngintipin?” ”Iya, dan aku tidak gila. Aku terobsesi, bukan gila. Nggak, kamu nggak salah dengar. Kamu boleh melakukannya dengan pria ini.
Aku ijinkan, relakan dan hanya... ingat, hanya dengan pria ini saja aku relakan. Aku tak akan marah bila kamu melakukannya dengan dia.” “Siapa Dia?”
“Riki,” “HAH? ASLI KAMU BENAR-BENAR GILA HARI INI. SUDAH, AKU MAU TIDUR. DAN JANGAN PERNAH KAMU MEMBAHAS HAL INI LAGI. GILA KAMU, HER.”

Besok paginya, Riki anaknya masuk sekolah, Wina menyiapkan sarapan & biasa berpakaian tidur atau daster yang seksi dan mini di depan Riki.
Riki kan anaknya, bukan siapa-siapa, jadi ia tak canggung. Heru pun tak pernah menegurnya karena hal ini. Hal yang biasa dan sangat wajar.
Saat ia keluar dari kamar, dilihatnya Riki baru keluar dari kamarnya dan sudah rapi siap untuk berangkat sekolah dengan seragam abuabunya.
Wina menawarkan roti untuk sarapan Riki, Riki hanya mengangguk, diliriknya mamanya, baju tidur hitam berenda di bagian atas dadanya. Cukup
memperlihatkan belahan tetek mamanya. Teteknya nampak besar di balik baju tidur itu. Nampak pentil mamanya yang besar agak tercetak
Sekilas nampak ketek mamanya yang rimbun. Buset, pagi-pagi sudah kenceng dan keras kontol gue, pikir Riki. Untungnya mamanya tak menyadari.
Tak lama mamanya selesai membuatkan sarapan, sehabisnya Riki berpamitan, tak lupa seperti kebiasaannya mengecup kening dan pipi mamanya.

Siang itu Riki pulang. Tadi mamanya SMS, katanya pergi sama Tante Ira, tetangga mereka ke mall. Pulangnya sore, kalau mau makan sudah ada di meja.
Setelah makan dan istirahat. Ia lalu menuju ke tempat cucian mamanya. Mamanya jarang mencuci setiap hari, biasanya cucian ditumpuk di tempatnya
lalu dicuci mesin cuci. Perlahan Riki mengaduk bak tempat baju kotor. Yang ia cari pakaian dalam mamanya. Riki temukan BH dan CD hitam berenda.
Diciumnya BH mamanya, wangi tubuh mamanya memenuhi rongga hidungnya. Dilihatnya ukuran BH mamanya: 38, tapi sepertinya lebih deh.
Kayaknya teteknya lebih gede, BHnya cuma buat penyangga saja. Dengan cepat kontolnya mengeras. Riki mengantongi BH dan CD tersebut,
untunglah sejauh ini mamanya tak curiga. Lagipula Riki setelah berapa lama dan bau aroma tubuh mamanya hilang dari BH dan CD itu,
akan segera menaruh dan menggantinya lagi. Terkadang ia suka menemukan rambut kasar di balik CD mamanya.

Riki mengunci pintu, masuk ke kamarnya dan mengeluarkan kontolnya, mulai mengocok sembari berfantasi dengan mencium BH dan CD mamanya.
Hal yang sering Riki lakukan setiap melamunkan tubuh indah Wina. Cuma mengkhayal dan sesekali mencuri pandang pada tubuh sintal mamanya
Selebihnya cukup ia bayangkan dari film bokep saja. Sedikit banyak ia paham dan mengerti tentang bagaimana orang ngewek itu ya karena film bokep.

Kembali ke suami istri, Heru-Wina, Wina menganggap fantasi Heru cukup wajar, ia juga pernah membaca hal ini di rubrik seksiologi majalah.
Ada kok yang berfantasi seperti ini, dengan mengintip orang lain yang beradu kelamin. Bisa dengan menyuruh pasangannya ngewek orang lain.
Dan yang ekstrim membayar orang lain, dan ia duduk anteng menyaksikannya. Namun dalam hal Heru, memang agak menyimpang lagi.
Heru hanya mau dan mengijinkan istrinya, Wina diewek sama Riki, anak mereka sendiri yang masih duduk di bangku SMA.

Makin lama dan sering Wina pikirkan, tertarik juga dirinya. Biarlah, satu kali saja demi Heru. Walau memang menyimpang, toh Riki anak mereka,
tak ada pria luar dalam hal ini. Dan sejujurnya, saat memikirkan ia berhubungan dengan Riki, Wina menemukan dirinya terangsang sekaligus penasaran.
Riki anak kesayangannya, dan dari segi fisik dan wajah, Riki termasuk oke seperti papanya. Wina memantapkan diri. ”Eh, Her, gimana ya... setelah
aku pikir baik-baik, aku siap mewujudkan impianmu.” ”Be-benarkah itu, Win? Serius? Gila, senang banget aku.” Heru mengecup istrinya senang.
”Tapi gimana kamu melihatnya? Apa kamu pikir Riki nggak bakal canggung, melakukan hal ini bersamaku dan kamu melihatnya? Aku tak yakin itu.”
”Itu bisa diatur, kamu bisa melakukannya di kamarnya, Aku intip dari jendela, pastikan kordennya sedikit buka. Dari dalam aku tak akan kelihatan"
”Baiklah, kurasa bisa, Her. Iya, aku akan buka sedikit kordennya nanti. Eh, trus bagaimana caranya aku bilang ke Riki? Nggak mungkin dong tiba-tiba,
bisa kaget dan takut dia nantinya. Gimana nih, Her?” ”Win, Riki itu anak lelaki yang sedang dalam masa puber, penasaran akan wanita dan seks.
Kamu bisa menggodanya. kalau kebablasan, anggap saja latihan buat Riki. Dia harus pintar juga nantinya dalam hal ini, dan kamu jadi guru baginya.”
”Baiklah, akan kuusahakan.” ”Mendengar kamu mau melaksanakan ide ini, kontolku bersemangat lagi, ayo kita lanjutkan ronde berikutnya, hehehe...”


Beberapa hari ini Wina mulai menggoda Riki. Sepulang Riki sekolah, Wina masih berpiyama atau daster yang mini. Wina mulai sering secara ’tak sengaja’
menyenggol Riki kalau berjalan, entah itu menyentuhkan teteknya, pantatnya. Juga Wina mendadak suka ’lupa’ menutup pintu kamarnya, melepas
handuknya untuk memakai baju saat habis mandi sore dan belagak ’tidak tahu’ kalau Riki melihatnya dari ruang TV. Riki makin terangsang melihat Wina.

Hari itu agak sore, Riki sedang nonton TV, santai, besok sekolah libur. Mamanya lagi mandi di kamar mandi. Dan Riki memang mendadak jadi rajin menonton TV di sore hari sejak beberapa hari lalu, ia secara tak sengaja melihat mamanya yang tak menutup pintu kamar sewaktu memakai baju sehabis mandi. Dan betul saja mamanya keluar dari kamar mandi terbalut handuk minim. Mata Riki melirik, mamanya dengan santai memelorotkan handuknya, memperlihatkan gunung kembarnya yang busung dan rimbunan lebat di selangkangannya, asik memilih baju tidur dan memakainya, seakan tak peduli
kalau dari luar Riki bisa melihatnya dengan leluasa. Tiba-tiba mamanya menjerit, ”Aduh!” Riki kaget dan bergegas masuk ke kamar mamanya.
Menatap dengan bingung dan bertanya pada mamanya yang sudah berpiyama sangat mini dan tipis, pentilnya jelas terlihat. Riki belagak tak ngeh.
”Kenapa, Ma?” ”Aduh, kayaknya lengan mama keseleo waktu memakai baju barusan.” ”Kok bisa?” ”Ya bisalah, namanya saja keseleo. Aduh, Rik, tolong
bantuin mama sebentar, pijitin tangan mama.” Mamanya segera dengan manis duduk bersandar di tempat tidur, sekilas Riki melihat CD Wina saat duduk
"Enak juga pijitan kamu, Rik. Sekalian deh pijitin badan mama, lagi pegel nih.” Mamanya segera berbaring tengkurap. Riki agak naik sedikit, mulai
memijat punggung mamanya, lalu pinggangnya. ”Enak, Rik, pijitannya. Duh kayaknya kurang nyaman deh karena mama masih memakai baju ini.”
Dan hal selanjutnya cuma membuat Riki bengong dan melongok. Wina cuek bangun sambil membuka piyamanya, nampak teteknya yang besar menggantung indah dan menantang. Wina kembali tengkurap hanya memakai CD putihnya. Riki meneguk lidah menyaksikan tubuh mamanya.
”Kok bengong, terusin mijitnya, Rik.” ”I-iya, ma.” Riki mulai melanjutkan memijit, tangannya agak bergetar. Kontolnya sudah ngaceng di balik celana pendeknya. Untung tak kentara banget. Saat Riki sedang memijit daerah pantatnya, tangan anaknya ia rasakan agak gemetar, mau tak mau Wina yang
lagi tengkurep jadi nyengir sendiri dan menahan tawanya. ”Eng... Rik, kalau susah, kamu buka saja celana dalamnya, nggak kenapa kok.”
”Eng... enggak ah, ma. Malu ah.” ”Malu apa malu nih? Lagian ngapain malu, kamu nggak usah pura-pura deh, mama tahu kok kamu suka ngambil BH
sama CD mama dari bak baju kotor, habisnya suka ajaib ngilang lalu muncul lagi. Nggak perlu mungkir deh, siapa lagi di rumah ini? Papa kamu? Ya
nggak mungkin. Sudah buka saja.” Yee, Riki tengsin. Kirain mamanya nggak tahu dia suka ngumpetin BH sama CD. Dengan sangat gemetar Riki turunkan
celdam putih mamanya, Wina agak menaikkan pantatnya, supaya Riki lebih mudah. Riki kini diam terpaku, menatap pantat Wina yang mulus dan montok.  Belahannya sangat menggoda, samar Riki melihat jembut disana. Tangannya mulai memijit atau tepatnya meremas pantat montok itu, tersiksa sekali Riki, celananya terasa sesak sekali oleh kontolnya yang sudah sangat... sangat keraaaasss! Matanya juga menatap belahan memek mamanya yang dihiasi baok kasar yang agak panjang. Ampuuunnnn, nggak tahan banget gue, batin Riki. Seakan menambah deritanya, Wina malah berbalik dengan santai, kedua tangannya terlipat, dijadikan bantal untuk kepalanya, keteknya yang dihiasi bulu kehitaman dan lebat terpampang jelas, lalu teteknya yang besar & keras, dgn pentil besar berwarna coklat, perut yang rata, selangkangan yang dihiasi jembut yang lebat dan menawan, belum lagi belahan memeknya yang tebal.
Riki benar-benar terangsang dan tersiksa. ”Kok bengong, terusin mijitnya, Rik. Terserah mulai dari mana, eh mungkin kamu bisa mijit tetek mama dulu.
Ayo, nggak apa, mama nggak marah, memang mama yang minta kamu mijitin mama.” Riki mulai menyentuh tetek besar yang sangat ia dambakan itu.
Terasa empuk dan juga kenyal di tangannya, masih agak takut-takut. Karena mamanya hanya memejamkan mata dan diam, keberaniannya mulai timbul,
ia mulai berani menyentuh pentil mamanya, belum berani memegangnya. Lumayan lama Riki ’memijat’ daerah sekitar tetek mamanya. Mamanya masih memejamkan mata, Riki bersyukur jadinya, sebab ia bisa dengan leluasa juga memandang daerah indah di selangkangan Wina. Belahan memeknya itu lho, dengan jembut di sekelilingnya...

Pusiiing gue, teriak Riki dalam hati. Suatu hal yang ia sering bayangkan, namun ia tahu tak mungkin terjadi, kini malah telah terjadi. Saking seriusnya Riki menatap dan memelototin memek mamanya, dia tak sadar Wina telah membuka matanya kembali, dan kini satu tangannya terjulur, memegang bahkan mengelus pelan tonjolan di balik celana Riki.

”Lho, kenapa itu kamu, Rik, kok keras? Kamu terangsang dan ngaceng ya melihat mama?”

”Ah, mama... ya jelas dong, biar gimana juga, Riki kan anak laki, ma. Ngelihat mama yang nafsuin kayak gini, ya jelaslah Riki bangun. Cuma orang nggak normal yang nggak ada reaksinya melihat hal kayak gini, ma.”

Wina masih asyik mengelus tonjolan di balik celana Riki, Riki jadi grogi. ”Rik, kamu belum pernah begituan kan?”

”Pacar saja belum punya ma, apalagi begituan. Kok mama nanyanya aneh sih?”

”Masa sih? Eng, Rik, kalau mama ajari kamu begituan, mau nggak?”

”Apa, ma? Yang bener? Gila, ya mau banget dong, ma.”

”Tapi ingat, jangan sampai papa kamu tahu. Nah, sekarang kamu buka baju dan celana kamu, kasihan tuh kontolmu sampai sesak begitu, dari tadi minta dibebasin dari sarangnya.”

Wina sebenarnya hanya bersiasat dengan mengatakan agar hal ini jangan sampai diketahui Heru, ia juga ingin membuat Riki nyaman dengan sedikit melempar canda. Dan rencana awalnya dia memang hanya sebatas akan memberi Riki oral seks saja, sekedar membuat anaknya makin tergoda. Biarlah nanti saat Riki memasuki memeknya, itu dilakukan saat Heru mengintip. Tapi tentu saja Riki tak tahu pikiran Wina, dan mempunyai agenda tersendiri di benak remajanya. Saat itu remaja puber itu sedang dengan sangat cepat melepas bajunya. Wina nampak sejenak mengamati kontol anaknya, sebenarnya ia juga masih canggung, tapi ia memantapkan diri.

”Rik, kesinian dikit, mama mau lihat kontol kamu. Wah, nggak beda sama papa kamu, sedikit lebih kecil, namun pastinya bisa menandingi atau lebih nantinya, kamu kan masih dalam masa pertumbuhan. Ada potensi ke sana nih.”

”Yang benar, ma?”

”Iya, percaya deh sama mama. Nah sekarang kamu senderan, mama akan hisap kontol kamu, istilahnya oral seks, atau kalau anak seumur kalian biasa bilang nyepong. Kamu diam saja, kalau kamu berasa mau keluar, keluarin saja, nggak kenapa. Malah mama senang, karena kamu masih perjaka.”

Riki duduk bersandar dengan tegang, sementara Wina mendekati kontolnya, posisinya agak nungging. Riki sebenarnya sudah sering melihat hal ini di film bokep. Tapi merasakan langsung, jelas beda dengan menonton. Mamanya, Wina, mulai mendekatkan kepalanya, tangannya memegang dan mengenggam kontol Riki. Memainkannya sebentar, sangat enak terasa bagi Riki. Lalu lidahnya mulai menjilati kepala kontol Riki.

Riki yang seumur-umur baru pernah merasakan, mati-matian menahan rasa geli dan nikmat itu. Lidah mamanya, menjelajahi kepala kontolnya, lalu mulai menjilati batang kontolnya. Menggelitik setiap saraf yang sensitif di wilayah kontolnya, kontolnya berdenyut geli dan nikmat. Belum habis sensasi nikmat yang Riki rasakan, kontolnya mulai ditelan oleh mamanya, dikulum, dihisap, diemut, terasa enak banget saat bibir mamanya bersentuhan dengan batang kontolnya yang sedang dikulum naik turun oleh mulut mamanya. Riki mendesah nikmat. Mulai bisa menikmati dan mengontrol dirinya.

Gila, luar biasa, hari yang tak akan aku lupakan,batin Riki. Benar kata teman gue, bukannya enak, tapi enak banget. Ini baru pakai mulut, gimana saat gue masukin kontol gue ke memek mama. Riki menjadi sangat bergairah, dan secara naluriah, juga berkat ’pendidikan’ dari para aktor dan artis bokep, ia mulai mendekatkan badannya ke arah pantat mamanya yang agak menungging saat menghisap kontolnya. Dia mau mempraktekkan dan merasakan semua yang ia lihat di film.

Maka tangan Riki mulai menyentuh pantat mamanya, meremasnya. Wina diam saja, masih biasa dan reaksi normal saja kok, pikirnya. Tangan Riki sedikit mengelus belahan pantat dan memeknya, sedikit melebarkannya. Tak masalah, mungkin mau memuaskan penasarannya, pikir Wina lagi. Dan akhirnya Wina merasakan belahan memeknya mulai diciumi dan dijilati oleh mulut anaknya itu, ini jelas nggak biasa, pikirnya. Ia agak kaget, tak menyangka Riki seagresif itu, namun mau melarang juga tak mungkin.

Ia tetap melanjutkan menghisap kontol Riki. Riki sendiri merasakan memek Wina sangat harum dan mengeluarkan aroma yang menyenangkan dan memabukkan hawa nafsunya. Jarinya mulai makin melebarkan belahan memek itu, indahnya, merah merekah, dan Riki dengan statusnya yang masih hijau itu memulai pelajarannya , ia mulai menjilati sejadinya semua daerah memek itu, belum paham benar yang mana itil mamanya. Cuek saja, asik menjilati dengan rakus dan tak ada puasnya.

Awalnya Wina merasakan kurang nyaman, namun lama-lama seiring sapuan lidah anakya yang cepat dan rakus, ia mulai merasakan nikmat, jilatan lidah Riki memang kadang kena itilnya, dan apaan nih... ya ampun, Riki... ia malah mulai menusukkan jarinya ke lobang memekku, untung nggak nyasar ke lobang pantat. Wah kacau nih anak gue, terlalu berinisiatif, pikir Wina agak nyengir.

Karena merasa mulai enak dengan aksi Riki, Wina makin hot melumat kontol Riki dengan mulutnya, sampai Riki yang masih hijau ini kelojotan, saking geli dan enaknya. Riki tak sanggup lagi meneruskan kegiatannya mempelajari memek milik mamanya. Terlalu sulit berkonsentrasi. Dan aduh... Crooot... croot... pejunya mengalir dengan deras tanpa permisi, langsung membanjiri mulut Wina.

Wina menghentikan aksinya, mulai menelan peju itu, lalu menjilati sisanya yang meleleh di sekitar kontol anaknya. Riki lemas tak berdaya. Wina kembali menghadap ke arahnya, nyengir melihat Riki yang terkulai.

”Ingat ya, Rik, jangan bilang-bilang papamu. Sekarang kamu cuci tuh kontol kamu, nanti malam mama ajarin lagi yang jauh lebih enak, nanti... kalau papa kamu sudah tidur.”

Baru saja Wina mau mengambil baju tidurnya, Riki tiba-tiba menarik bahunya, agak kasar memang. Membaringkannya, tangannya agak terangkat, dipegang kuat oleh kedua tangan Riki, dengan cepat Riki sudah di atas tubuhnya, menindihnya...

”Aduh, kamu ngapain sih, Rik? Sakit nih mama.”

”Ma, nggak perlu nunggu sampai malam deh. Yang sekarang ya sekarang. Sudah terlanjur, nggak perlu nunggu malam. Bisa gila Riki kalau menunggu sampai malam.”

Riki lalu menciumi mamanya dengan ganas, bibir, leher, keteknya, teteknya, pentilnya, masih sangat kasar sekali tekhniknya. Akhirnya Wina menyerah, ya sudah deh sekalian belajar biar pintar.

”Rik, Riki sayang... baiklah, tapi jangan kayak gini dong, mama nggak bisa nafas nih, sakit.”

Riki mulai tenang, tangannya juga tak lagi menahan tangan mamanya. Saat ini ia asik memainkan dan menghisap pentil mamanya. Wina dengan sayang membelai rambut anaknya. Lalu Wina mulai berbicara. ”Ayo deh, Rik, kalau kamu memang kepingin, jangan takut, mama akan bimbing. Keluarin saja di dalam, tak masalah. Mama sudah gak mungkin hamil. Nah mama sudah melebarkan lobang memek mama, siniin kontol kamu, biar mama pegang pakai tangan yang ini. Nah, ikuti saja, biar mama yang arahkan.”

Mulanya meleset. Coba lagi, meleset lagi. Tapi akhirnya... blessss... tubuh Riki serasa melayang. Hanya diam dulu, menindih tubuh mamanya. Terasa sangat... sangat nyaman, kontolnya seakan dibelai dan direndam dalam pelumas yang sejuk dan nyaman. Dengan naluriahnya, ia mulai menaik turunkan pantatnya, memompa kontolnya, matanya memandang wajah cantik mamanya. Gila, setelah ia mulai memompa, ternyata rasanya jauh lebih enak. Jadi inikah rasanya nikmatnya memasuki memek seorang wanita? Riki cuma mampu melakukan hal ini saja saat ini, tak ada hal lain yang ia pikirkan. Tapi... croot... crooot... ya ampun, kok cepat amat? Kecewa dia. Mamanya diam sebentar, lalu agak mendorong tubuhnya, mencabut kontolnya.

”Sudah, jangan kamu pikirkan, itu wajar buat kamu yang baru pertama kali, belum mampu mengontrol diri. Dulu juga papa kamu pertamanya kayak begitu. Tapi nanti juga bisa tahan. Percayalah. Sudah kamu bersih-bersih dulu.”

”Eng, ma...”

”Iya, sayang?”

”Tapi janji ya, nanti malam ajarin Riki, Riki tunggu dikamar ya.”

”Iya, tungguin papa kamu tidur dulu ya.”

Riki lalu mencium pipi mamanya, segera mengambil pakaiannya dan ke kamar mandi di luar. Wina kini berbaring sendiri, masih terasa peju anaknya yang mengalir di memeknya. Sedikit heran mendapati bahwa dirinya merasa nyaman saat kontol Riki memasuki memeknya. Oke, semua sudah terjadi dan sesuai rencana. Tinggal nanti malam, biar suaminya Heru bisa mengintip.

Malamnya suaminya pulang, baru jam 7 lewat, kebetulan Wina sedang makan sama Riki, hal yang biasa, karena kalau menunggu Heru, suka tak pasti jam pulangnya. Heru masuk, mengucapkan basa basi salam dan langsung duduk, sekalian ikut makan deh, mandinya nanti saja, lelah sekali ia hari ini. Mengobrol sejenak kepada Wina dan Riki. Wina memang tak menelepon atau mengabarkan apapun pada Heru. Saat Riki tak melihat, dan Heru kebetulan memandangnya. Wina mengedipkan mata sambil mengangkat tangannya memberi tanda jempol, sudah oke. Mendadak saja rasa lelah Heru langsung hilang.

Saat kelar makan, Riki menonton TV, Heru mandi, Wina mencuci piring. Setelah kelar, ia membawa tumpukan baju yang sudah disetrika ke kamar Riki, sekalian menaruhnya di lemari, juga... ia memastikan gordengnya agak terbuka, agar Heru cukup mendapatkan sudut pandang yang luas, bahkan melonggarkan jendelanya sehingga Heru bisa mengintip dan mendengar dengan jelas. Yang pasti Riki jarang sekali menutup jendelanya, paling malas, asal kelihatan sudah ketutup ya sudah, nggak mengecek lagi apakah sudah rapi atau rapat.

Wina merapikan baju di kamar Riki dengan agak berdebar. Beberapa waktu lagi, ia akan melakukan hubungan lagi dengan anaknya di kamar ini, diintip suaminya, Heru. Tubuhnya agak bergidik sekaligus bergairah membayangkannya.

Heru mandi dengan perasan girang, tadi saat Wina masuk kamar ia sampai merasa perlu memastikan lagi. Ternyata memang sudah bisa dilakukan malam ini. Gairahnya meningkat, membayangkan apa yang diimpikannya akan terealisasi dalam waktu singkat ini. Namun ia memutuskan tak akan ngewek sama Wina sebelum ia mengintip. Biar makin maksimal. Heru melanjutkan mandinya sambil berdendang, syalalalala - dubidubidam...

Riki menonton TV dengan perasaan tak menentu, bahkan sebenarnya apa yang ia tonton juga ia tak tahu atau perduli. Otaknya mengembara entah ke mana. Matanya melirik mamanya yang sedang merapikan baju di kamarnya. Sungguh hari yang luar biasa. Tubuh mamanya yang mempesona dan ia dambakan, hari ini bukan hanya bisa ia lihat sepuasnya, ia bahkan telah merasakan nikmatnya. Memang masih sangat culun dan memalukan, tapi nanti malam masih ada kesempatan, ia bertekad untuk melakukannya dengan sebaik mungkin. Ah nikmatnya, kontolnya mulai ngaceng saat ia membayangkan tubuh mamanya. Sayang ada papanya saat ini, kalau tidak, pasti ia sudah menerkam tubuh mamanya lagi.

Gong! Lonceng sudah dibunyikan. Semua sudah siap dengan rencana dan pikirannya masing-masing. Mari kita tunggu waktunya tiba...

Mendadak malam itu semuanya sangat... sangat cepat mengantuk. Cepat sekali, jam 9 kurang sedikit, saat mereka di ruang tamu menonton TV. Heru membaca koran. Yang sebenarnya acara TV dan juga koran itu sama sekali tak menarik sedikitpun bagi benak mereka. Mula-mula Riki menguap, lalu Heru, terakhir Wina.

”Wah, ngantuk banget nih, yuk kita semua tidur saja.” kata Heru.

Lima menit kemudian, semua sudah masuk kamar, tadi Wina sempat mampir ke kamar Riki, standar seperti biasanya, mengucapkan selamat tidur, sambil mengatakan supaya Riki menunggu, tak akan lama karena kalau papanya capek pulang kerja, pasti dia akan cepat tidur dan pulas.

Di kamarnya, Heru kembali bercakap dengan Wina. ”Nanti, beri waktu setengah jam, biar dia nggak curiga.”

”Iya, aku juga paham.”

”Gimana si Riki, sampai begituan nggak tadi?”

”Iya, sama kayak kamu dulu, waktu pertama kali ngewek sama aku. Masih hijau dan culun. Tapi juga menyimpan potensi.”

”Hahaha, bisa saja kamu, Win.”

Mereka kembali bercakap, mencoba santai. Akhirnya Heru merasa waktunya sudah pas, yang tak akan membuat Riki curiga, jam 10 kurang seperempat. Wina mulai mematut dirinya di depan kaca, memandang penampilannya, sedikit menyemprotkan parfum ke leher, belahan teteknya dan kedua pangkal lengannnya. Wina melihat Heru dari cermin, tersenyum nakal dan menggoda. Mau nggak mau Heru nyengir melihatya. Duh bini gue, dulu mati-matian nolak, sekarang malah antusias.

Wina membuka pintu kamarnya perlahan, lalu melihat ke depan, khawatir Riki ada di depan, setelah memastikan keadaan aman, ia lalu keluar dan memberi tanda pada Heru yang segera melesat bagai ninja. Ia menutup pintu kamar. Heru segera mengendap ke jendela kamar Riki. Sebuah tempat yang sangat aman dan strategis bagi Heru. Jendela ini boleh dibilang sudut mati Riki. Kalaupun saat sedang gituan sama Wina, Riki mau ke WC atau ke dapur mengambil air, ia akan keluar dari kamarnya dan belok ke kiri, tak mungkin ke kanan, yang menuju kamar Wina.

Heru segera mengintip, nampak jelas dan bebas sekali pandangannya. Dilihatnya anaknya, Riki sedang berbaring, tak tidur. Hei, sedang apa dia? Hehehe, dasar bocah, lagi mengelus-ngelus pangkal celana pendeknya. Kemudian dia lihat Riki agak kaget dan menghentikan kegiatannya, pegangan pintu tampak bergerak, pintu kamar terbuka. Wina masuk sambil tersenyum nakal ke arah Riki. Jantung Heru mulai berdebar.

”Yes. This is it,” serunya dalam hati. “It’s showtime.”

Wina tersenyum pada Riki, lalu duduk di pinggiran tempat tidurnya. Ia memakai baju tidurnya yang tadi sore. Riki mendekat, tak berkata sepatah katapun. Perlahan Riki menarik bahunya, menyenderkan badan mamanya pada kepala tempat tidurnya, lalu perlahan Riki turun. Wina jadi nyengir melihat aksi anaknya, biar masih culun inisiatifnya mulai meningkat, pikirnya.

Riki mulai beraksi, ia kangkangkan kaki mamanya, menatap paha dan CD putih yang Wina kenakan sejenak, lalu tangannya mulai membelai paha dan permukaan CD itu. Wina hanya diam saja memperhatikan. Tak lama Riki menarik dan membuka CD-nya. Dengan tangannya ia lebarkan kaki mamanya, biar puas dan lebih jelas. Riki menatap memek tebal itu, mengagumi jembutnya yang lebat dan juga belahannya yang merangsang. Riki dengan cepat segera mendekatkan mulutnya ke arah memek yang menggoda itu, tak sabar.

Wina segera berbicara. ”Rik, nanti mama bilangin ya, bagian yang mana yang musti kamu jilati dan mainin. Cara kamu tadi sore masih kasar dan nggak pas.”

Riki mulai menggunakan jarinya untuk melebarkan memek mamanya, hidungnya mencium aroma harum dan sekaligus mengundang. Wina masih diam saja. Dengan agak ragu Riki mulai menciumi permukaan memek Wina, lama-lama makin ganas. Kini lidahnya menyapu permukaan memek Wina.

”Ahh, bukan itu, Rik. Yang adanya sedikit di atas lobang memek mama, coba kamu lihat, ada gundukan daging yang agak menonjol, nah itu itilnya mama. Setiap wanita, jika pria menjilati dengan lidah atau memainkannya dengan jari secara benar, pasti akan kelojotan menahan rasa enak. Nah kamu mulai mainin sama jari kamu dan jilati.”

Riki berhenti memainkan lidahnya, matanya mencari yang dikatakan mamanya. Nah itu dia, agak menonjol dan besar. Ujung jari jempol dan telunjuknya mulai memainkan itil mamanya. Terasa banget di jarinya, lama-lama makin keras. Mamanya mulai mendesah, sambil melebarkan kakinya. Riki makin nafsu mendengar desahan mamanya. Lidahnya mulai menjilati, mula-mula hanya menjilati, lama-lama ia mulai mahir memainkannya, digoyangkannya itil Wina ke sana kemari, membuat Wina makin kelojotan dan mendesah, makin percaya diri, Riki mulai menusukkan jari tengahnya ke lobang memek mamanya yang memang sangat membuatnya terangsang. Dimainkannya jarinya, menyodok-nyodok memek Wina.

Wina mendesah, hampir 5 menit lebih Riki belum puas juga memainkan itil dan memek indah tersebut, desahan mamanya makin kuat dan pantatnya juga mulai bergoyang.

”Aaaahh... Shhhhh... Ughhhhhh... Pinter kamu, Rik... Auw... Aduuuhhh...” Wina menyemburkan cairan hangat orgasmenya, Riki merasakan ada sedikit rasa asin dan kental membasahi lidahnya. Nalurinya mengatakan mamanya mengalami apa yang namanya orgasme, seperti yang pernah ia lihat di film. Bisa seahli Heru nantinya, pikir Wina mengomentari permainan lidah Riki.

Di luar Heru menurunkan celananya, asik mengocok pelan batang kontolnya. Gila... Gilaaaa... ini jauh... jauuuhhh lebih baik dari apa yang ia bayangkan. Ekspresi Wina tadi sungguh hebat. Benar-benar merangsang dan menaikkan birahi. Wajah Wina saat mendesah dan merem melek menahan gempuran nikmat permainan lidah Riki tadi sangat mesum sekali. Gilaaaa... batin Heru bersorak.

Di kamar, Riki mulai berdiri, membuka baju dan celananya. Lalu Riki mendekati Wina, membuka bajunya. Astaga, wangi sekali mamanya, sampai memakai parfum guna melayaninya. Riki benar-benar terangsang. Dengan cepat ia memburu bibir Wina. Awalnya Wina enggan melakukan ciuman dengan Riki, tapi Riki terus memaksa, akhirnya bibir mereka bertemu, Riki menciumnya dengan kasar dan masih sangat hijau, namun gairahnya mampu menutupi kehijauannya. Wina mulai terangsang dengan ciuman menggelora anaknya, membalasnya dengan panas sekaligus mencontohkan bagaimana cara berciuman yang enak sekali pada Riki. Tangan Riki mulai giat meremas dan memilin, memainkan pentilnya yang sudah mengacung dan mengeras, masih tetap berciuman. Tangan Wina mencari kontol Riki, menggenggamnya dan mengocoknya, sesekali ia belai dan remas dengan lembut biji peler Riki, membuat Riki merasakan seperti melayang.

Walau Riki sudah bertekad untuk mengontrol dirinya, tak urung birahinya naik dengan cepat, tubuh mamanya, Wina, sangatlah seksi dan menggiurkan, sulit baginya untuk tidak menjelajahi tubuh montok itu. Perlahan ia rebahkan mamanya, ia ciumi ketek mamanya yang rimbun, harum sekali. Lalu ia mulai pasang ancang-ancang. Wina membiarkan Riki mencoba sendiri. Ugh, masih meleset. Sekali lagi. Blesss... masuk dan menerobos dengan sempurna. Perlahan Riki mulai memompa, perlahan sekali, matanya menatap wajah mamanya, sungguh sulit mengontrol dirinya, kala matanya menatap wajah mamanya yang sangat ngeseks itu. Ia mulai mengalihkan diri dengan kembali menciumi tetek mamanya.

Di luar, Heru asyik menyaksikan saat Riki menaik turunkan pantatnya memompa memek Wina, istrinya. Wina nampak mengangkat kedua kakinya, merenggangkannya. Memudahkan anak mereka Riki, menjalankan tugasnya. Tangan Heru masih dengan seru mengocok kontolnya, matanya tak mau lepas dari pemandangan mendebarkan yang ia saksikan di dalam kamar.

Riki merasakan belaian nikmat pada kontolnya, mulai agak memepercepat pompaannya, sejauh ini ia sudah cukup mampu menahan diri. Tangan Wina sesekali membelai pantat dan punggungnya. Riki makin bergairah. Pompaannya agak lepas kontrol. Gawat nih, pikirnya, ia berhenti bergerak, mencabut kontolnya. Untung nggak ngecret. Wina paham, anaknya sedang mencoba belajar mengendalikan dirinya. Sekalian ganti gaya deh, pikir Riki. Praktekin yang ia lihat di film bokep.

Riki segera berbaring di samping mamanya. Wina paham mau anaknya, segera ia mengangkat satu kakinya ke atas, agak miring menyamping, Riki memasukkan satu kakinya di bawah kaki Wina, memegang kontolnya, lalu bless... dari samping kini ia mulai menyodok mamanya. Ternyata lebih nyaman dan santai dengan posisi ini. Riki mulai memompa kontolnya dengan perlahan dan hati-hati. Tangannya kini sangat bebas merangkul mamanya dari samping, dengan gemes ia remas dan mainin pentil Wina sepuas hatinya. Wina menyandarkan kepalanya ke bahu Riki, satu tanganya memegang bagian belakang kepala Riki. Riki melihat rimbunan ketek mamanya yang sangat merangsang. Lidahnya segera menjilati dan menciumi ketek mamanya, sampai basah jadinya.

Heru makin terangsang dan semangat melihatnya, ia makin kuat mengocok kontolnya. Sengaja ia mainkan. Kalau sudah terasa mau keluar ia berhenti, berdiam agak lama, kalau sudah tenang ia lanjutkan. Tak mau sampai keluar, nanti disimpan buat Wina.

Dari atas, Riki dengan jelas bisa melihat rimbunnya jembut mamanya, sementara kontolnya leluasa keluar masuk menyodok memek enak milik mamanya. Ia mulai bisa mengontrol dirinya. Wina juga mulai bisa menikmati dan merasakan kontol milik anaknya ini, mulai nendang istilahnya. Riki sudah mulai bisa mengontrol emosinya, namun masih butuh waktu, kemampuannya sekarang belum akan bisa membuatnya orgasme.

Riki kembali mencium bibir mamanya, kontolnya sudah terasa linu, kali ini Wina sedikit jahil, disedotnya lidah Riki saat mereka berciuman, Riki kelojotan tak terkira, sangat... sangat... bikin terangsang sekali ciuman mamanya, kocokan kontolnya makin kuat dan crooot... croot... tanpa ampun pejunya memancar kuat di lobang memek mamanya. Wina mau tak mau nyengir nakal.

Setelah Riki mencabut kontolnya, Wina segera mendekat dan sambil nungging, ia mulai menjilati kontol Riki, habis ia jilati dan emut, sampai tak bersisa sisa peju yang menempel di kontol anaknya. Riki hanya bisa berbaring lemas, sambil mendesah puas menikmati emutan maut mamanya. Di Luar, Heru meneguk ludah melihat adegan tersebut. Imajinasinya liar dan puas dengan hal ini.

Ternyata Riki benar-benar kuat juga, pikir Wina. Nggak bisa Wina menyudahi permainannya, Riki menahannya, semangat dan kondisinya yang masih muda juga karena memang Riki sangat terangsang dengan tubuh telanjang Wina, membuat kontolnya cepat pulih dan keras lagi. Sampai 3 ronde Wina harus melayani Riki, bahkan di ronde terakhir tadi Riki bisa membuatnya orgasme, bukan degan permainan lidahnya, tapi dengan sodokan kontolnya. Bakalan berbakat nih anak gue, pikir Wina.

Sebenarnya Riki enggan melepas Wina kembali ke kamarnya, namun jam sudah menunjukkan hampir jam 1 malam. Masih bisa besok, kata Wina. Sungguh ia memang mulai terbiasa dan menikmati saat dirinya disodok kontol Riki. Lalu kembali ia berpura-pura berhati-hati, mengamati sekeliling saat membuka pintu, Wina ikut Riki ke kamar mandi di depan, mencuci dan membersihkan memek dan kontol mereka. Ia kembali berpakaian dan Riki menciumnya terlebih dahulu dengan ganas sebelum ia kembali ke kamarnya. Dilihatnya ke jendela, Heru sudah tak ada. Perlahan ia membuka pintu kamarnya. Baru juga ia masuk dan menutup pintu, Heru sudah memeluknya dan menariknya dengan kuat ke tempat tidur, mencumbu dan menyetubuhinya secara luar biasa dan gila-gilaan, nampaknya Heru melampiaskan nafsunya setelah berhasil mendapatkan fantasinya. Berkali-kali Heru menggarapnya, berkali-kali pula ia orgasme. Sungguh sangat memuaskan.

***

Sudah 2 bulan berlalu sejak peristiwa itu. Wina sedang sendiri, Heru kerja, Riki sekolah. Sedang asyik melamun. Memang akhirnya Riki juga menjadi mahir, dan juga kuat. Dan selalu hampir setiap siang dan sore Riki menyodoknya. Kini dirinya benar-benar terpuaskan oleh 2 lelaki yang paling ia cintai dalam hidupnya, Heru, suaminya dan Riki, anak kesayangannya. Bahkan untuk menambah seru, Heru mendapatkan ide tambahan.

Ceritanya Wina berhasil meyakinkan Riki untuk melakukan hubungan di kamarnya. Di samping Heru yang pura-pura tidur. Wina bilang ke Riki pasti aman, karena kalau papanya capek sekali, papanya akan minum obat tidur, saat Riki masuk dan masih ragu, Wina pura-pura membangunkan dan mengguncang-guncang tubuh Heru, yang mati-matian menahan tawa. Akhirnya ia dan Riki melakukannya, agak di pinggir ranjang, biar Heru leluasa mengintip. Setelah itu, belum lama Riki keluar kamar, dan ia juga bahkan belum mencuci memeknya, Heru segera menggarapnya secara luar biasa.

Dalam lamunannya Wina nyengir, ide Heru kali ini walau awalnya ia tentang ternyata berakhir indah bagi semua. Dasar si pengintip, begitulah kadang ia memanggil Heru dengan jahil.

Lalu Wina kembali tersenyum nakal sekali dalam lamunannya. Setelah ide Heru ia jalankan, maka Wina sendiripun juga punya ide nakal lainnya, dan tentu saja untuk adilnya Heru harus mau menurutinya, toh ia sudah menuruti maunya Heru. Wina menyeringai, kayaknya 3Some antara ia, Heru dan Riki akan menjadi sesuatu yang seru dan mengasyikkan, khayalnya berdebar. Tapi itu lain cerita. Nah itu sepertinya Riki pulang, sebaiknya ia menyiapkan makanan untuk anak kesayangannya ini, dan bersiap untuk pelajaran lanjutan bagi Riki. BYE, SEE YOU...

END